Menulis Gerakan, Merawat Ingatan: Tiga Buku dari Seorang Aktivis

Dengan penuh kebanggaan dan rasa hormat, WALHI Jawa Tengah mempersembahkan tiga karya reflektif dari Agus Dodi Sugiartoto— seorang aktivis, fasilitator, penulis, dan senior di WALHI Jateng yang telah puluhan tahun mengabdikan dirinya dalam denyut nadi perjuangan masyarakat akar rumput. Ia bukan hanya saksi, tetapi juga pelaku sejarah gerakan lingkungan dan sosial yang tumbuh di tengah konflik, keberanian, dan harapan.

Melalui tiga buku ini, (Pak) Sido -sapaan akrabnya-  tidak sedang menawarkan teori-teori besar atau jargon gerakan. Ia menuliskan denyut hidup, resah hati, dan kebijaksanaan lapangan yang lahir dari persinggungan langsung dengan warga, tanah, dan perubahan zaman. Inilah tulisan dari seorang yang pernah berjalan bersama petani yang digusur, berdialog dengan nelayan yang diusir dari lautnya, dan bertanya bersama warga yang bertahan di tepi krisis.

“Mengelola Konflik dengan Pendekatan Hati” adalah catatan tentang bagaimana kita bisa hadir dalam konflik bukan sebagai penengah yang netral, tapi sebagai manusia yang berpihak dan peduli.
“Debu-debu Parit Lapis” adalah serpihan narasi dari pinggiran, suara-suara lirih yang sering terabaikan dalam narasi pembangunan.
Dan “Memoar Aktivis LSM” adalah refleksi kritis sekaligus jujur tentang suka-duka, idealisme, dan dinamika dunia aktivisme itu sendiri.

Ketiga buku ini adalah warisan pengetahuan dan pengalaman — bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk direnungkan, didiskusikan, dan dijadikan bahan bakar bagi gerakan ke depan. Di tengah derasnya informasi yang cepat berlalu, tulisan-tulisan seperti ini menjadi semacam jangkar: yang mengingatkan kita pada apa yang penting, pada siapa yang kita perjuangkan, dan ke mana arah langkah kita.

Kami percaya bahwa gerakan yang kuat adalah gerakan yang menulis, mengingat, dan berbagi. Dan karya Agus Dodi Sugiartoto ini adalah bentuk lain dari perjuangan itu — perjuangan yang ditulis dengan hati, dihidupi dengan ketulusan, dan disampaikan kembali kepada generasi baru dengan penuh cinta.

Mari baca, resapi, dan teruskan.
Karena ingatan yang ditulis adalah bahan bakar perubahan.
Dan buku-buku ini adalah undangan untuk terus berjalan bersama.


Berikut 3 karya buku yang dapat publik akses dan baca:

  1. Melalui Konflik melalui Pendekatan Hati (2020)

Buku ini lahir dari pengalaman panjang penulis dalam mendampingi masyarakat yang berhadapan dengan konflik agraria dan lingkungan. Namun, alih-alih menyuguhkan pendekatan teknokratis atau prosedural semata, Dodi justru mengajak pembaca untuk memasuki ruang terdalam dari konflik: relasi antar manusia.

“Pendekatan hati” yang dimaksud bukanlah retorika romantis, melainkan metode yang menempatkan empati, kesabaran, dan keberpihakan sebagai inti dari kerja resolusi konflik. Dalam buku ini, kita menemukan bagaimana komunikasi dibangun bukan hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk memulihkan luka, membangun kepercayaan, dan merawat relasi yang retak akibat tekanan struktural maupun kepentingan ekonomi.

Buku ini menjadi pengingat bahwa kerja advokasi dan pendampingan sejatinya adalah kerja kemanusiaan. Bahwa di balik istilah “konflik lahan”, “reklamasi”, atau “kriminalisasi”, ada kehidupan yang rapuh, ada warga yang membutuhkan kawan bicara, bukan hanya pembela hukum.

Cocok untuk: aktivis, fasilitator masyarakat, pendamping lapangan, dan siapa pun yang ingin memahami konflik dari sisi yang lebih manusiawi.

Link eBook: https://drive.google.com/file/d/1TPjbqHvOdIiQzSfFBZo94fU450aTb-lx/view?usp=sharing

  2. Debu – debu Parit Lapis (2025)

Lewat kumpulan tulisan ini, Dodi mengajak kita menelusuri ruang-ruang yang sering luput dari perhatian: kampung-kampung pinggiran, desa-desa yang bertahan, jalan tanah yang berdebu, dan parit-parit kecil yang menjadi saksi bisu perubahan sosial-ekologis.

Debu-debu parit lapis bukan sekadar metafora; ia adalah realitas sehari-hari masyarakat yang hidup berdampingan dengan tambang, pabrik, dan proyek-proyek pembangunan. Di dalamnya, pembaca akan menjumpai kisah-kisah kecil tentang ketabahan, keterasingan, dan kadang-kadang—kemenangan.

Dodi tidak menulis dengan nada marah, tetapi dengan lirih dan telaten, seolah ingin mengajak pembaca duduk bersama warga, mendengar langsung suara mereka. Ini bukan tulisan data, tapi catatan rasa. Bukan hanya fakta lapangan, tapi fragmen kehidupan.

Buku ini adalah karya sastra sosial, pengingat bahwa di balik kebijakan dan statistik, ada manusia dengan harapan dan kesedihan yang nyata.

Link eBook: https://drive.google.com/file/d/1QRPfh4ENJtNI6GUlvcA1MPGWheINgKOJ/view?usp=sharing

 3. Memoar Aktivis LSM (2022)

“Menjadi aktivis LSM bukan sekadar pekerjaan, tapi jalan hidup,” begitu kira-kira pesan utama dalam buku memoar ini. Di tengah dinamika gerakan sosial, pergeseran pendanaan, dan perubahan generasi, Agus Dodi merekam pengalaman personalnya selama bertahun-tahun menggeluti dunia lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan cara yang jujur, reflektif, dan penuh humor.

Buku ini adalah kombinasi antara memoar pribadi, sejarah gerakan, dan kritik internal terhadap ekosistem NGO di Indonesia. Dodi menulis tentang idealisme yang diuji, tentang rapat-rapat tak berkesudahan, tentang kunjungan lapangan yang berliku, dan juga tentang kebingungan seorang aktivis ketika harus berdamai dengan perubahan zaman.

Dengan gaya yang santai dan membumi, buku ini menjadi bacaan penting bagi aktivis muda, mahasiswa yang tertarik dunia sosial, dan siapa pun yang ingin memahami “dapur” gerakan masyarakat sipil.

Memoar ini bukan glorifikasi, tapi sebuah ajakan: untuk tetap kritis, tetap belajar, dan tetap setia pada nilai-nilai keadilan sosial dan ekologis.

Link eBook: https://drive.google.com/file/d/1_17EBZoTrSnyKS7SfNl7cOxRV8L0Fxyn/view?usp=sharing

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *