Cerpen #363; “KUDETA PADA MANUSIA”

Ini adalah hari besar sepanjang masa. Di mana roh-roh elemen kehidupan bumi berkumpul. Kedatangan mereka berasal dari berbagai tempat mewakili elemen dan teritorial yang dihuni. Tak heran jika ada ratusan juta roh datang dari berbagai pelosok dunia. Sebelumnya tidak pernah ada perkumpulan macam ini. Pada dasarnya setiap elemen memiliki hubungan dan hidup berdampingan satu sama lain. Sehingga tidak perlu adanya perkumpulan besar semacam ini karena sudah pasti mereka saling terikat. Lalu perihal apa yang membuat para roh elemen kehidupan gusar? Tanpa disadari bumi semakin melemah. Kehancuran alam sudah pada puncaknya. Tak ada langit biru dengan gugusan awan cerah. Jerebu menyerbu setiap minggu di segala tempat. Mencekik siapa saja yang menghirupnya. Pesisir pantai amblas dan menenggelamkan sebagian daratan. Cuaca ekstrim datang serabutan tanpa bisa diprediksi. Gagal panen terus bermunculan akibat iklim yang tak menentu. Krisis pangan mulai merebak dimulai dengan keparahan di daerah-daerah rentan kekeringan.

Roh-roh berkumpul membentuk barisan melingkar. Masing-masing membawa lentera yang berpendar mewakili warna elemen mereka. Roh gunung melambai pada semua roh yang hadir. “Untuk pertama kalinya kita berkumpul bersama. Selama ini kita hanya sibuk dengan urusan teritorial sendiri. Kalian pasti sudah tahu tujuan kita hadir disini.” Roh gunung tersenyum sinis “Mengkudeta manusia” sambutan itu mendapat tatapan serius. “Selama ini ketika manusia melakukan kerusakan dan melewati batas. Kita hanya memberi peringatan pada mereka sesuai  dengan kuasa teritorial masing-masing. Sayang sekali, peringatan kita selalu tak dipedulikan dan manusia semakin menghancurkan segalanya. Mereka lalai dan gagal menjadi pemimpin di bumi. Sudah saatnya kita menggulingkan mereka tanpa ampun.”

Seluruh roh terdiam “Setiap roh punya ceritanya sendiri di teritorialnya. Mungkin ada roh yang ingin melaporkan keadaan teritorialnya?”

Suara kecipak air terdengar bergemuruh. “Izinkan aku…” roh yang barusan bersuara adalah roh sungai. Gelombang-gelombang kecil mengalir membentuk proporsi tubuh, sesaat tampak jernih, sesaat berubah keruh, sesaat berubah hitam pekat. Ia mengangkat lentera miliknya. Benda itu memancarkan cahaya yang memenuhi pandangan para hadirin dengan gambaran kejadian-kejadian layaknya film. “Dari semua yang telah kuberikan pada mereka. Ketika lapar, mereka tangkap ikan-ikanku. Kurelakan mereka minum dan bercocok tanam dengan airku. Jika diantara mereka bosan, mereka bisa berenang bermain-main di aliran tubuhku. Setelah lama bersenang-senang.  Inilah yang diberikan manusia padaku. Sampah, limbah, dan racun. Semua itu membunuh ekosistem teritorialku!” geram roh sungai. Aliran air jernih membentuk tubuhnya sekejap berubah menjadi hitam pekat.

“Benar! Limbah dari sungai juga berakhir terkumpul ke laut dan meracuni kehidupan di teritorialku.” Ungkap roh laut. Suara deburan ombak datang bersaut-sautan dari kelima roh samudra. “Dari semua hal yang manusia lakukan yang paling kubenci adalah aktifitas tambang manusia.” Gelombang ombak yang membentuk roh laut menggulung tinggi. Lentera milik laut menayangkan cerobong-cerobang asap, kapal tongkang pembawa batubara, serpihan batubara yang jatuh ke dalam laut,  air laut yang tercemar bersetubuh dengan minyak mentah, tumpukan pulau sampah, dan kematian makhluk laut. “Banyak dari emisi gas buang PLTU mengotori lautku. Flight ash membuat burung camar sekarat. Berapa banyak makhluk mungilku mengandung arsenik, krom, timbal, merkuri di dalam tubuh mereka yang menyiksa setiap saat.”

Hembusan angin semilir menggandeng ombak roh laut. “Aku tahu perasaanmu. Aku juga benci flight ash yang menyelimuti teritorialku. Polutan hitam Nox dan SO2 membungkus benih-benih awan sehingga aku tak bisa menurunkan air murni, alih-alih hujan asam membasahi bumi. Walaupun aku tidak memiliki hewan-hewan tetap di teritorialku. Aku mengerti bagaimana rasanya tersiksa dengan CFC dan HCFC yang terus melubangi ozonku. Dan ini membuatmu laut, bertambah volume akibat pemanasan global yang mencairkan gletser.” kata roh langit bersimpati.

Perkataan roh langit membuat roh lain saling merangkul satu sama lain. Mereka merasakan hal yang sama. Kesakitan, kebencian, kepedihan, dan terkhianati. Semua hadirin larut dengan duka mendalam. “Segerakan kudeta besar-besaran pada manusia. Mereka sudah tidak pantas menjadi pemimpin di bumi!” seru roh tanah. Disambut sorak-sorai dari roh lain.

“Bolehkah aku mengatakan sesuatu?” tanya roh hutan. Seluruh pandangan beralih pada roh hutan. “Silahkan…” jawab roh gunung. “Bagaimana dengan nasib manusia yang membela kita? Apakah kita akan menghukum mereka juga?” Terdengar suara berdengung dari masing-masing roh bergumam. Roh hutan mengangkat lentera miliknya. Layar film berputar kembali. Terlintas kebakaran hutan, jerebu pekat, sisa-sisa batang pohon gosong, jasad hewan yang tertutup abu, rangka besi raksasa yang melindas kawasan hutan. Di akhiri dengan wajah-wajah manusia yang menyelamatkan hewan terjebak jerat pemburu, pemadaman si jago merah, dan penanaman bibit pohon di lahan gundul. Salah satu diantara roh berteriak “Kau tak perlu merasa bersalah pada manusia. HUTAN! Kau juga yang paling tersakiti!”

Sorot mata roh hutan meredup. “Aku tak ingin menipu diri. Memang benar, aku tak senang manusia telah menginvasi dengan kejam teritorialku hanya untuk mengeruk batubara. Berulang kali aku mengirim peringatan bahkan sering aku meminta bantuan roh lain agar mereka sadar. Tapi mereka selalu melupakanku.”

Roh hutan menghela nafas, sulur-sulur yang membelit membentuk tubuh bergetar.”Aku dan pohon menyadari satu hal peringatan yang kita lakukan berdampak pada manusia yang tidak memiliki kekuatan apapun. Beratus-ratus tahun aku berdampingan dan menjadi saksi hidup manusia yang tinggal di teritorialku. Mereka menghormati dan menjaga isi hutan. Mereka juga mensakralkan wilayah tertentu untuk melindungiku. Aku ingat ketika invasi besar-besaran dengan pasukan rangka besi berdatangan. Masyarakat yang selalu bernaung pada rindang rimbaku melakukan perlawanan melalui segala cara. Pohon juga menyaksikan di luar hutan banyak manusia yang menyuarakan suara untuk melindungi bumi.”

“Rasa sakit yang kita terima berasal dari manusia-manusia tamak. Mereka juga tega menjajah manusia lain untuk kepentingan pribadi. Orang-orang seperti itu yang pantas kita balas.” bela roh pohon.

Roh-roh lain mendengarkan secara seksama. Beberapa saling melirik satu sama lain. “Kau benar. Teritorial kita bertetangga, aku paham maksudmu. Tidak semua manusia buruk dan masih ada manusia yang peduli dengan kita.” kata roh gunung.

Suara geraman keras penuh amarah memecah suasana. Dua sorot mata menatap tajam dengan aura membunuh “AKU TIDAK TERIMA!! BINASAKAN SEMUANYA!! Manusia selalu banyak cakap dan pada akhirnya mereka hanya bisa melihat anak-anak kami dikuliti!” teriak roh harimau memperlihatkan taring-taring kemurkaan.

 Atmosfer pertemuan semakin menegang. Perpecahan dua kubu terjadi. Kubu pertama, mengecualikan manusia yang masih peduli pada alam dan kubu kedua ingin mengkudeta seluruh manusia. Roh gunung terdiam. Lalu melambai ke semua hadirin, semua roh berhenti bergumam. “Aku rasa kita harus menyeimbangkan kasus berapa banyak manusia yang peduli dengan kita, yang bungkam, dan yang merusak bumi. Setelah kupikir hasilnya tidak sebaik itu…”

“Lalu, apa yang selanjutnya kita lakukan?” potong roh pohon.

“Kudeta akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal tanpa dikecualikan. Bagaimanapun kita tidak bisa memilih siapa yang pantas dihukum atau yang tidak pantas dihukum. Sama halnya manusia yang tidak memilah kebaikan dan keburukan saat mengeksploitasi kita.”

Raut wajah kubu yang berbeda pendapat terlihat kecewa. Roh gunung membuka suara “Aku akan merasa bersalah jika kita diam pada manusia yang membela kita. Maka aku rela menjadi saksi perjuangan mereka dihadapan ‘Sang Maha Adil’. Pada ‘Hari Keadilan’ di mana jiwa-jiwa akan mendapat balasan yang tepat atas perbuatan mereka. Kuharap kalian semua juga melakukannya. Kita tidak sebusuk itu melupakan kebaikan.”

Mendengar hal itu para roh mengangguk. Mengangkat lentera masing-masing sekejap berubah warna menjadi hijau zamrud. Menandakan para roh setuju.

***

Pada akhirnya kudeta dijalankan besar-besaran pada semua teritorial di seluruh dunia. Manusia kocar-kacir kebingungan. Dengan kedatangan bencana dari berbagai tempat. Tangis dan penyesalan hanya menjadi ekor dari keserakahan yang telah diperbuat. Kudeta secara merata diterima semua manusia. Orang yang menyelesaikan segalanya dengan uang yang didapat dari invasi hutan tercekat, mencari O2 yang dahulu mereka jual percuma. Uang, mobil, emas, gedung, kekuasaan sudah tak ada gunanya dibanding air bersih, udara segar, pangan, dan cuaca yang baik. Para roh elemen memandang manusia yang tengah tak berdaya dilanda derita. Ini bukan peringatan ini adalah penghukuman.

118 thoughts on “Cerpen #363; “KUDETA PADA MANUSIA”

  1. Relate banget sama keadaan bumi kita sekarang, dari cerpen ini banyak pesan moral yang dapat kita resapi salah satunya adalah nikmat dari tuhan mu yang manakah kau dustakan ? Dengan segala kenikmatan yang terhampar, keserakahan manusia berimbas pada kerusakan yang tidak dapat dipulihkan kembali.

  2. Woahh bagus ceritanya.. semoga ini bisa jadi pelajaran buat seluruh manusia agar lebih mencintai dan merawat alam yang telah memberikan banyak manfaat untuk kita.

  3. Bagus pesan ceritanya mengingatkan manusia untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan. Yuk jaga lingkungan jangan hanya bisa merusak saja

    1. Waah keren banget ceritanya, benar benar memuat pesan moral tingkat tinggi, kita wajib peduli dengan lingkungan kita, sekecil apapun tindakan kita…
      Semangat mba Hasnah…

  4. Kereen
    Membaca cerpen ini membawa pikiran pada perenungan bahwa alam adalah mahluk Tuhan yang diciptakan untuk berdampingan dengan manusia, denganya manusia dapat menghidupi kehidupan. sayangnya kadang beberapa dari kita tamak, lalai bahwa suatu saat alam pun akan menjadi saksi di hari penghakiman kelak. Favourite part “Aku akan merasa bersalah jika kita diam pada manusia yang membela kita. Maka aku rela menjadi saksi perjuangan mereka dihadapan ‘Sang Maha Adil’. Pada ‘Hari Keadilan’ di mana jiwa-jiwa akan mendapat balasan yang tepat atas perbuatan mereka.”

  5. Bagus banget cerpennya. Lanjutkan bikin cerpen lagi. Aku suka cerita-ceritamu. Aku bayangin kalo pohon bisa ngomong pasti bakal protes sama manusia

    1. Para roh sabar dulu manusia mau berbenah,, aaaa seru banget ini cerpennya menampar juga buat kita dari hal kecil seperti buang sampah harus pada tempatnya.

  6. Cerpen yang bagusss… Tema yang sering diangkat, namun dikemas luar biasa dengan menghadirkan tokoh-tokoh fiksi yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Pesan yang ingin disampaikan sangat rapih dan pasti akan sampai pada pembacanya dengan sangat menyentuh

  7. Keren sekali, terlihat dari penokohaan dan pesan yang ingin disampaikan. Penulis membuatnya dengan luarr biasaa.. Mantapp hasnah

  8. Sebuah cerita dengan alur yang rapi dengan cerita para alam yang dihuni oleh manusia menjadi saksi bisu akan hal yang mereka buat, lantas sudahkah kita sadar akan peringatan nya?

  9. Baguss bangettt cerpennya, mengingatkan kepada kita, bahwa ternyata air bersih, udara segar, pangan, cuaca yang baik itu adalah anugrah yang tak ternilai yang Tuhan kasih. Terkadang kita sebagai manusia merasa kurang cukup dengan pemberian Tuhan. Sudah sepatutnya sebagai manusia sadar dan mulai menjaga dan merawat lingkungan.

  10. Baguss bangettt puisinya, mengingatkan kita, bahwa ternyata air bersih, udara segar, pangan, cuaca yang baik itu adalah anugrah yang tak ternilai yang Tuhan kasih. kadang kita sebagai manusia merasa kurang cukup dengan apa yang sudah Tuhan beri. Sudah sepatutnya sebagai manusia sadar dan mulai menjaga dan merawat lingkungan.

  11. Penulisannya gak ribet dan isi ceritanya relate banget sama keadaan sekarang, insyaAllah pesan yang mau disampaikan tersampaikan

    Kereennnn

  12. Saat kita terbawa untuk membacanya lagi dan lagi. Berharap kisah ini panjang diceritakan, karena tak sampai kita ingin berhenti mengetahui apa isi dari cerita berikutnya. Bagus sekali

  13. Masyaallah.. Good job Hasnah 👍👍

    Ide ceritanya mungkin cukup mainstream, tp dikemas dalam narasi yang menarik. Menyampaikan nilai ekososialisme dengan kreatif dan tidak membosankan untuk dibaca. Penokohan yang imajinatif membuat saya yg membaca kembali membayangkan ‘jika alam benar-benar bisa bicara layaknya manusia’. Kata-kata apik dan istilah-istilah ilmiah yang harmonis, menjadikan karya ini cukup mudah dipahami sekaligus menggambarkan wawasan si penulis. Sudut pandang yang diambil pun cukup seimbang dengan menceritakan adanya dua kubu yang saling kontra.
    Yang paling menarik menurut saya, ada pada kata-kata terakhir roh gunung “Aku akan merasa bersalah jika kita diam pada manusia yang membela kita. Maka aku rela menjadi saksi perjuangan mereka dihadapan ‘Sang Maha Adil’. Pada ‘Hari Keadilan’ di mana jiwa-jiwa akan mendapat balasan yang tepat atas perbuatan mereka. Kuharap kalian semua juga melakukannya. Kita tidak sebusuk itu melupakan kebaikan.”. Kalimat ini menjadi antiklimaks dari perseteruan antarkubu. Kalimat yang menandakan, sebijak apapun makhluk tidak berkuasa mencapai keadilan yang sempurna.

    Lanjutkan berkarya dek.. Ana ga bisa bantu banyak, hanya Doa, smoga dari karyamu ini Allah berikan jalan untuk jadi the Next bang Darwis..
    Salam dr Kota Batik.. Tk tunggu karya kreatif slanjutnya..

    1. bahasan dalam cerpen ini dikemas secara menarik, membuat pembaca terkesima dan tidak bosan saat membacanya.

      ASLIII KEREN BGT HASNAH >.<

  14. Honestly, I’m really impressed.
    Meskipun fiksi, pemikiran kalau sewaktu-waktu alam membalaskan dendamnya pada manusia berhasil bikin aku merinding. “Kita tidak sebusuk itu melupakan kebaikan”, nah kita juga tida bisa melupakan segala kebaikan yang salurkan alam untuk kita. You go girl! Hasnah semangaat🔥

  15. Ceritanya sangat membangun dan memotivasi, semangat terus mba hasnah, semoga karya-karya nya dapat berkembang dan sukses selalu mba.

  16. Aku merinding bacanya.. Berkaca kaca pun 🙁
    First, congrats! Selamat! Karya ini bagus banget, karya ini punya jiwanya sendiri.. Aku suka nulis juga, dan ga gampang bgt bikin tulisan kita itu bernyawa. Penggambaran tokoh sangat apik, aku beneran bisa bayangin suasana dari karya ini.
    Anw, thanks to u for writing this meaningful story, semoga kita as a human bisa lebih bersyukur dan menjaga bumi kita tercintaaa

  17. Tahu tidak? Aku sangat emosi ketika membacanya. Betapa rusuhnya manusia tapi para makhluk lain yg ada dibumi tdk bisa melawannya. Hanya pasrah, menerima keadaan. MasyaaAllah kamu keren, salut. Terus berkarya sobatt, ciayooo

  18. Cemungud Hasnah… Dari dulu tuh cerita kamu tuh menghibur kita-kita sewaktu SMA. Dan ga nyangka inih cerpen bener-bener aku banget. Aku berfantasi ria pas baca nih cerpen. Baca pertemuan para roh tuh berasa dibawa ke Dunia Narnia. Tepuk tangan buat km🤗

  19. Plot plot nya unik kaya ngajak kita sebagai pembaca buat travelling di alam imajinasi tapi tetep berada di tema nya yakni jaga alam & sekitarnya dgn kasih sayang.. Good job sista!!

  20. Bagus cerpennya. Krisis iklim perlu dibahas mendalam untuk bumi kita. Dengan memberikan tambahan literasi seperti cerpen ini. Semoga manusia menemukan cara yang efisien dan berkelanjutan untuk permasalahan bumi ini…

  21. lahh elu bisa bikin cerpen, Na?
    gilak keren euy! serius ga nyangka budak kicik tulisannya bagus. allahumma bikin novel best seller 🤲

  22. Aku suka banget cerpen fantasi kek gini. Walaupun fiksi aku nemu pesan yang berbobot dari cerpen ini. Semangat authorr…banyak-banyak berimajinasi

  23. Gilss, kerenn2 gaada obat emang
    Aku suka penggambaran suasananya, sama cara penyampaian ceritanya. walau agak kurang terasa dalam konfliknya tapi amanatnya tetap tersampaikan
    .
    Nice2
    Ditunggu jadi author besar yaaa has

  24. Keren ceritanya, hasna…
    Menyadarkan kembali agar manusia lebih melestarikan dan menjaga bumi.
    Bukan sebagai pihak yg hanya bungkam, tapi juga beraksi.
    Sukses untuk kamu ya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *