Youth Climate Camp 2018

Siaran Pers Wahana Lingkungan Hidup Indonesia-Eksekutif Daerah Jawa Tengah

Selama tiga hari, Jumat-Minggu, 23-25 November 2018 di Villa Greenland, Gonoharjo, Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, sebanyak 40 pemuda-pemudi dari beberapa daerah di Jawa Tengah mengikuti kegiatan perkemahan pemuda untuk perubahan iklim dan energi bersih terbarukan yang disebut Yout Climate Camp 2018.

Acara Youth Climate Camp (YCC) 2018 tersebut dinisiasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah dan didukung oleh Lembaga Kemitraan serta Kedutaan Besar Denmark di Indonesia. Peserta YCC 2018 merupakan 40 orang pemuda terpilih dengan latar belakang pendidikan beragam dari berbagai kampus di Jawa Tengah. Di dalam proses seleksi, calon peserta mengirimkan karya bertema perubahan iklim dengan jenis karya beragam, mulai dari tulisan, video pendek, infografis, hingga karya tulis ilmiah.

Kegiatan Youth Climate Camp 2018 mengambil tema “Gerakan Pemuda Peduli Perubahan Iklim dan Energi Bersih Terbarukan” dengan tujuan mendorong peran aktif pemuda untuk terlibat dalam gerakan lingkungan lewat kegiatan yang menyenangkan, edukatif dan berkesan. Sehingga pasca kegiatan, peserta dapat menyebarkan semangat perubahan pada anak muda yang lain.

Ketua Panitia YCC, Abdul Ghofar mengatakan, konsep YCC melebur bersama dengan alam untuk merasakan adanya perubahan iklim di sekitar mereka seperti pemanasan global dan perlunya energi bersih.

“Di tengah pemanasan global yang terus terjadi, bumi ini tak bisa hanya ditempati saja. Ia harus dijaga dengan tak mengeksploitasinya. Kami mendorong anak-anak muda mengetahui dampak perubahan iklim dan membuat mereka sadar pentingnya energi bersih” kata Ghofar.

Selama 3 (tiga) hari pelaksanaan kegiatan Youth Climate Camp 2018, peserta diajak untuk dekat dengan alam lewat konsep berkemah secara berkelompok dengan peserta lain. Dalam kegiatan YCC 2018, peserta mendapatkan materi-materi yang berkaitan dengan isu perubahan iklim dan tantangan implementasi Energi Bersih Terbarukan.

Materi pertama tentang tata kelola dan kebijakan negara untuk mengatasi perubahan iklim disampaikan oleh Arif Nurdiansah dari Kemitraan. Kemudian materi kedua tentang implementasi dan tantangan penerapan Energi Bersih Terbarukan (EBT) oleh Yan Yan Achdiansyah dari ICARE Indonesia. Berikutnya ada materi Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada Mitigasi Perubahan Iklim disampaikan BAPPEDA Jawa Tengah. Materi kritik atas kebijakan negara di sektor perubahan iklim dan energi disampaikan Ivan Wagner Bakara dari YLBHI-LBHI Semarang.

Materi ini membawa peserta antusias untuk juga terlibat mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum pro terhadap lingkungan hidup. Terakhir sesi materi ditutup oleh Yuyun Harmono dari WALHI Nasional yang menyampaikan materi strategi kampanye lingkungan hidup pada kaum muda milenial. Pada akhir sesi, peserta Youth Climate Camp ditantang untuk merumuskan tindakan nyata yang akan dilakukan peserta di masing-masing daerah pasca YCC 2018 berakhir. Hasilnya, ada 4 rekomendasi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh alumni YCC 2018 bersama dengan WALHI Jawa Tengah dan dukungan pihak lain.

Sabtu malam, peserta bersama dengan panitia YCC 2018 mengadakan pentas kebudayaan dengan menghadirkan penampilan tamu dari Band Reggae “Sound Rebel” dan Pentas Monolog “Pak Kos”. Lewat penampilan musik reggae “Sound Rebel” peserta diajak berjoget gembira dengan lagu-lagu reggae yang syarat makna kritis pada isu lingkungan hidup. Pentas Monolog “Pak Kos” menutup sesi malam kebudayaan dengan renungan mendalam tentang tingkah laku manusia yang membawa dampak atas rusaknya lingkungan hidup yang kita tinggali.

Pada akhir acara, peserta YCC 2018 diajak mengunjungi lokasi pembangkit listrik ramah lingkungan mikrohidro di Dusun Candi Promasan, Desa Ngesrepbalong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal.

Lokasi pembangkit listrik mikrohidro ini berada di kampung pemetik teh yang sekaligus menjadi basecamp pendakian Gunung Ungaran. Kampung Promasan merupakan kampung tertinggi di Kabupaten Kendal yang sejak awal berdirinya kampung tahun 1983 belum pernah mendapatkan pasokan listrik PLN.

Di Promasan, peserta bertemu tokoh masyarakat yaitu Bapak Sangirun dan memperoleh kisah sukses dari inisiatif masyarakat yang membangun mikrohidro sebagai penghasil energi listrik yang bersih dan terbarukan. mikrohidro yang dibangun mulai tahun 2011 sampai 2015 lewat swadaya relawan tersebut mampu mengalirkan listrik untuk sekitar 18 Kepala Keluarga yang tinggal di Promasan. Meski listrik dari mikrohidro hanya mampu memberikan penerangan dari jam 6 sore sampai jam 12 malam, warga sudah bersyukur jika dibandingkan dahulu saat menggunakan mesin diesel. Mereka dapat menghemat pengeluaran bulanan untuk kebutuhan listrik, apalagi secara ekonomi warga Promasan masih belum bisa dibilang baik.

Lewat kunjungan lapangan ke Promasan, peserta YCC diajak untuk melihat bahwa masih banyak rakyat Indonesia di daerah-daerah belum mendapatkan listrik. Sebagian dari rakyat tersebut berinisiatif membuat sumber listrik mereka sendiri dibanding hanya berpangku tangan menunggu bantuan pemerintah.

“Kami tunjukkan ke peserta, potensi air melimpah bisa menciptakan listrik. Tak melulu dari bahan bakar fosil yang senyatanya merusak lingkungan dan memicu pemanasan global,” ujar Ghofar. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *